Sebuah Cerita Skenario Semesta

Semua ini bermula dari sebuah pertanyaan ketika masih kecil. Pertanyaan besar yang menyentuh jiwa diajukan oleh banyak orang kepada saya. Sering kali saya terdiam menanggapinya, untuk apa orang dewasa menanyakan kepada anak kecil? Bukankah dunia terlalu luas untuk disempitkan pada satu pilihan? Untuk apa orang dewasa memaksa anak kecil merisaukan hari esok yang bahkan masih berada dalam rengkuhan takdir?. pertanyaan seputar cita-cita hanya saya maknai sebagai upaya orang dewasa untuk mencari topik obrolan dengan anak kecil, padahal orang dewasa sendiri telah melupakan bahwa mereka juga memiliki cita-cita.

Beranjak dewasa membuat saya memahami bahwa cita-cita muncul dikarenakan sebuah rasa cinta akan sesuatu. Semakin tumbuh subur karena dihujani oleh keinginan yang menggelora dan upaya yang sangat keras. Pada diri saya, rasa cinta itu muncul beberapa tahun lalu. Saya mengamati para pemateri sebuah acara dengan mata berbinar. Bagaimana rasanya ketika mampu mengunjungi banyak tempat di bumi Allah ini? Seberapa bahagianya ketika mampu berbagi kepada ribuan mahasiswa di berbagai kampus. Mengapa mereka bisa berada di depan sebagai pembicara? Apa yang harus saya pelajari untuk berani seperti mereka? Rentetan pertanyaan itu yang melompat-lompat di dalam pikiran saya ketika masih menjadi mahasiswi di salah satu kampus negeri, hal tersebut disadari telah menciptakan visualisasi mimpi yang agung. Perlahan-lahan saya mulai berani menyatakan kepada teman dekat bahwa pada masa depan saya bukan hanya mampu menjadi pembicara pada ratusan siswa saja, saya akan berbicara di depan ribuan mahasiswa.

Lautan mimpi dan cita-cita tersebut mengarahkan perhatian dan derap langkah saya agar senantiasa bergerak untuk meraihnya. Saya sadari bahwa selama bertahun-tahun diri ini benar-benar ingin menjadi peserta suatu pelatihan public speaking. Saya pernah menjadi peserta pelatihan public speaking via online, namun saya merasa kurang efektif.  Dalam proses mencari wadah lebih baik lagi untuk melatih diri, saya menemukan suatu informasi bahwa akan diadakan pelatihan public speaking di Jogja pada bulan Maret. Maka untuk itu saya segera mendaftarkan diri menjadi peserta pelatihan, rela tidak membeli handphone baru agar uangnya bisa dijadikan ongkos untuk mengikuti pelatihan yang sudah lama saya impikan.

Pada tulisan ini saya ingin berbagi kepada pembaca semua bahwa  pelatihan yang saya ikuti ini bernama Kuncoro Leadership Training & Consulting®, pada setiap prosesnya telah  mengajarkan saya pada kesabaran dan keikhlasan yang melapangkan, lalu tidak menyisakan beban. Proses ini membuat diri saya semakin dekat dan bergantung kepada Allah. Mengapa?, iya jika ketika itu saya takut untuk mencoba daftar hanya karena nominal puluhan juta maka sudah pasti kesempatan menjadi peserta hilang. Pelatihan ini benar-benar luar biasa, faktanya ada beasiswa bagi peserta yang berani mencoba. Ternyata pada program pelatihan yang disuguhkan, saya bukan hanya berlatih public speaking saja. Allah memberikan saya kesempatan yang lebih banyak dalam mempelajari banyak hal yaitu: ilmu Psychology, Neuro Linguistic Programming, Hypnotherapy, Coaching, Experiential Learning, Quantum Mind Technology, dan ilmu-ilmu pengembangan diri lainnya.

Pada kesempatan yang Allah berikan ketika menjadi peserta, maka saya tetap optimis untuk menjadi alumni pelatihan yang mampu menyebarkan banyak kemanfaatan. Sungguh tidak ada kelulusan melainkan sebuah pemantasan diri, tidak ada kesulitan melainkan tersimpan kemudahan, serta tidak ada tangisan melainkan akhirnya timbul kebahagiaan. Semua itu telah terbungkus menjadi sebuah cerita yang melahirkan banyak pengalaman. Jika saya berani mencoba tentunya anda harus lebih berani. 

Sekian dan terimakasih saya ucapkan kepada anda yang telah membaca tulisan ini. Semoga dapat memberi pengetahuan baru buat anda semua.


Bersama Kami, Temukan Diri Anda Yang Baru”

Komentar